Reason I Live

The Reason I Live
     Subuh tadi terbangun karena handphone berbunyi lagi, Biasanya memang Bapak suka menelpon untuk membangunkan dan sekedar mengingatkan aku sholat. Tapi tadi aku dengar suara lirih Bapak, aku mulai khawatir. Ternyata benar, Bapak sakit, tapi kali ini sampai di rawat di rumah sakit. :'(
Badanku seketika ikut lemas, langsung terbayang wajah Bapak yang kelelahan dengan tangan diinfus.
Terbayang wajah lelaki yang sangat amat ku cintai sedang terbaring lemah di tempat tidur.
"Tadi malam jam 11 Bapak lemah, badannya dingin betul, langsung Mamak telpon Abang suruh bawa Bapak ke rumah sakit, jadi Mamak nginap di sini sama Bg Bain"
"Jadi Bapak diinfus ya Mak?"
"Iya, tensi Bapak rendah, cuma 80-90"
Aku tak kuasa lagi menahan tangis, tapi sebisanya ku kuatkan suara karena tak ingin Mamak tau kalau aku menangis. Aku tau Mamak lelah, karena Mamak pun kurang sehat, suara Mamak masih serak. Ya Allah seandainya ada di sana, Aku ingin sekali memeluknya, menguatkannya. Kasian Mamak kurang tidur dan pasti juga kelelahan mengurus Bapak. Untungnya aku punya Abang Ipar yang begitu baik dan sangat peduli dengan keluarga kami. Aku sedikit lebih tenang karena ada abang ipar yang ikut menjaga Bapak.
Seharian ini sebenarnya aku tak terlalu fokus bekerja, pikiranku sudah menerawang jauh ke sana, aku sangat ingin pulang, sangat ingin berkumpul ditengah-tengah keluarga.

Bapak adalah lelaki terhebat dalam hidup ini, beliau selalu ada untukku, selalu menguatkan aku. Bapak tak pernah absen menelpon ku untuk sekedar menanyakan kabarku di sini, Bapak selalu memperhatikan segala keperluanku, tak ingin aku di sini kekurangan. Walaupun Bapak tak secerewet Mamak, tapi aku tau, Bapak lah yang selalu mengingatkan Mamak untuk menelponku. Saat Bapak sakit, aku tak bisa ada di sana, disampingnya, menjaganya :( . Semoga dimanapun Bapak dan Mamak berada, Allah selalu memberikan perlindungan untuk mereka. Ya Allah jagalah keluargaku saat aku tak berada disamping mereka.

He is My Super Hero
Sebenarnya berat hati untuk bertahan di Pekanbaru, aku tak ingin lagi jauh dari keluarga, aku ingin selalu ada dekat dengan keluarga, tapi aku tak punya banyak pilihan, Aku harus tetap bertahan di sini, memperjuangkan masa depan dengan segunung harapan. Mamak dan Bapak selalu menguatkan aku, selalu menjadi penyemangat saat aku katakan sudah sangat lelah bertahan. Mungkin memang jalanku di sini harus berjuang sendirian, aku lakukan ini semua semata-mata karena aku sangat ingin bisa mewujudkan harapan mereka, ingin membahagian mereka semua yang sangat amat kucinta.

Sedihnya malam ini tak bisa gantian menemani Mamak dan ikut jagakan Bapak,  padahal Mamak lagi kurang sehat di sana, tapi harus menjaga Bapak yang sekarang sedang sakit, Kak Nana pun tak bisa ikut menjaga karena harus pulang demi anaknya, Bg Wahyu juga ada tanggung jawab sama keluarga. ya Allah seandainya bisa, ingin sekali pulang sekarang dan berada di sana. Biar bisa menjaga Bapak dan Mamak. Tak cukup untaian baris kata untuk ungkapkan betapa aku sangat sayang dan cinta kepada mereka. Semoga Allah lindungi Bapak dan Mamak dimanapun berada. Sungguh aku sangat cinta mereka karena Allah Ta'ala.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Selamat Hari Blogger Nasional

Hari senin ini di awali dengan kebangun saat hape bunyi jam 5 pagi, antara sadar dan tidak, gue angkat telponnya. Ternyata yang nelpon si Agy.
"Halo, iya Gy kenapa?" gue jawab seadanya karena masih ngumpulin nyawa yang terserak.
"Kak ada manset kulit Kak? kata Agy dengan suara panik tergesa-gesa,
"Emm, gak ada Gy. Kk gak punya" dengan cepat gue jawab pertanyaan si Agy, sebenarnya bukan apa-apa, gue gak terlalu dengar Agy ngomong apa. Dia bicara dengan tingkat kepanikan luar biasa kayaknya.
Tapi yang sempat Gue dengar katanya Dia mau nari pagi ini, mungkin karena itu juga tadi si Agy panik.
"Kak Rani gak ada ya Kak?"
"Aduh Rani kan lagi pulang kampung, jadi otomatis gak ada Gy." Sambung gue dalam posisi masih merem karena ini beneran masih subuh.
"Oh yaudah Kak, Makasih ya."
"Iya Gy sama-sama." Tut..Tut, telponnya keputus, dan gue tidur lagi.

Rasanya gue barusan mimpi dan mimpinya belum sempat selesai pas gue dengar hape bunyi lagi, gue kebangun dan kali ini ternyata bunyi alarm. Grrr.. gue sempat kesal, karena rasanya baru ketiduran bentar.
Tapi karena ini hari senin dan gue mau mengawali hari dengan bangun lebih awal.Gue buru-buru nyalain lampu dan langsung ke kamar mandi tanpa basa-basi.Selesai mandi gue selalu melakukan rutinitas ngadem depan kipas angin, kebiasaan ini susah banget gue ilangin, mungkin karena ini juga gue jadi sering masuk angin. -___-

Waktu gue turun manasin motor, gue baru ingat ternyata kemarin lupa isi bensin. Iya karena kemarin gue gak kemana-mana pas weekend. Pas nyampe spbu ternyata antrinya panjang banget, terpaksa gue nunggu lagi, tapi kali ini bukan nunggu yang gak pasti, seperti nunggu dia nepatin janji #halaah. Bensinnya gue isi full, dan pas bayar gue baru nyadar duit di dompet pas-pasan, gue belum sempat ke atm. Agghh... baru kerasa sekarang harga bensin mahal banget, belum lagi ntar mau dinaikin 45%, lama-lama gue pelihara elang aja deh biar gampang kemana-mana dan cepat nyampenya. Gue gak terlalu suka ngentri di spbu, makanya tiap ke sana gue selalu ngisi sampai full biar gue gak balik lagi, ya mending sih kalau ada petugas yang ganteng, gue mau deh ke sana sering-sering.

Gue berangkat ke kantor dengan semangat membara, tapi nyali langsung ciyut pas sampai lampu merah pertama. Gilaa macetnya panjang banget, hari senin emang kadang nyebelin kayak muka pacar barunya mantan #eh. Gue berjuang menembus kemacetan dengan segenap kemampuan nyalip gue di tengah-tengah keramaian. Yes, gue sampai di kantor tepat jam 8 pas cek clock absen, gue berasa kayak abis balapan dan sampai garis finish duluan. hahaha

Gue nyalain komputer dan sempat login twitter, gue liat timeline rame banget pada bahas hari blogger, gue sempat liat Shitlicious ngeretwet mention dari beberapa followersnya. Karena kemarin gue abis baca buku Relationshit dan sempat foto selfie, gue jadi pengen mention ucapan selamat juga ke ALit. Beberapa saat setelah gue mention, hape gue bunyi, ada notifikasi baru dari twitter. Yeaaahh, ternyata mention gue juga di retweet Alit. Yeye lala lala gue jungkir balik ke luar jendela saking girangnya. 

Sihaa, beneran di retweet

Gue sempat liat alamat email Alit, gue seperti dapat bisikan untuk segera kirim email ke Alit. Gue pengen bilang makasih sama dia, terus mau cerita juga soal keinginan gue untuk belajar menulis. Email buat Alit gue ketik panjang lebar di sela-sela ngerjain kerjaan kantor, tak lupa gue selipkan draf tulisan yang sempat gue buat kemarin. Sorenya gue dapat notifikasi lagi, ternyata email gue juga di balas sama Alit.. Ahhh senangnya, lengkap rasa bahagia hari senin gue dan langsung hilang semua kegalauan yang udah seminggu ini gue rasakan. #curhatcolongan Wkwk. 
Aah.. dipanggil sayang. Aku jadi maluuu #efeklamagakdipanggilsayang




Karena ngetiknya gemeteran, gue lupa kasi alenia di setiap paragrafnya, hahaha

Ntah ini kode alam atau memang pertanda baik dari Tuhan, tapi gue yakin apapun yang terjadi di dunia ini gak ada yang kebetulan. Mudah-mudahan ini memang awal yang baik buat gue memulai semuanya dan tetap fokus sama mimpi gue yang sempat tertunda. Gue pengen bangun dan berusaha merealisasikannya. Gue percaya, mimpi dan harapan itu gak ada yang ketinggian, selama kita tetap fokus dan berusaha mewujudkan, semua mimpi dan harapan akan jadi kenyataan. Iya gak tau kenapa belakangan hasrat menulis gue bangkit berkali lipat, gue jadi kepikiran pengen fokus belajar nulis. Bukan apa-apa sih, gue cuma pengen nulis, dan pengen punya sesuatu yang bisa gue kenang suatu hari nanti, saat ingatan sudah termakan usia dan gue gak mampu lagi ingat semua. Sebab itulah gue rajin nulis, entah itu cerita bahagia atau sekedar kegalauan gue. Menurut gue dalam hidup ini ada beberapa hal yang gak mungkin bisa balik lagi, seperti pacar yang sudah pergi ke pelukan gebetan barunya #ups. Makanya gue gak pernah mau melewatkan moment berharga dalam hidup gue gitu aja. Gue emang bukan siapa-siapa, kalau gue cerita kan belum tentu ada yang mau dengerin  juga. Makanya gue nulis dan gak pernah peduli ada yang mau baca tulisan gue atau nggak. Gue cuma mau berbagi dengan mereka yang benar-benar peduli, walaupun gak terlalu menginspirasi, dan gue cuma mau catat sejarah hidup gue sendiri.

Semoga suatu hari nanti kita bisa ketemu lagi, bisa berbagi cerita dalam ruang dan waktu yang sama, semoga gue tetap fokus belajar nulis dan wujudkan cita-cita. Tolong bantu aminkan ya. hehe..
Oya, Selamat Hari Blogger Nasional buat Penulis Favorit gue, Bg Raditya Dika, Alit Susanto, Dwitasari, Indra Widjaya dan Fala Adinda, teruslah berkarya dan berbagi cerita. Terima kasih untuk semua kisah yang tercipta dan memberikan banyak inspirasi dalam hidup kami semua. Tetaplah Berjaya. Keep Rock, and really proud of you Gaees... :)
Suka sekali caption fotonya :)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Lagi, dihianati.

Tak bisa kujelaskan bagaimana perasaan ku sekarang, tapi memang ada sesuatu yang membuat aku lega, dan merasa lebih baik dari sebelumnya. Ketakutan terbesrku tentang kehilangan sudah ku lalui dan aku sudah melawan rasa takut itu semampuku. Iya, bahkan tak ada sedikitpun air mata yang jatuh lagi, aku lega, sungguh benar-benar lega karena semua yang kupendam tak lagi menyisakan sesak di dada.

Aku bahkan pernah lebih sakit dari ini, dulu. Dan lagi, sekarang aku seperti dejavu menghadapi kenyataan di depanku sekarang. Iya, aku terluka lagi, terluka lagi karena cinta yang kuupayakan seutuhnya dibalas dengan penghianatan. Perih memang rasanya, sulit aku jelaskan kepadamu yang tak mengalami luka dalam sepertiku. Kau bahkan bisa tampil biasa, tanpa ada sedikitpun beban dan memikirkan hati perempuan ini. Iya aku paham, karena kini kau sedang dilanda cinta dengannya. Dan karena memang kau mencintai tak sebanyak aku mengupayakan hubungn kita dulu agar bisa kuberikan cinta yang paling baik untukmu.

Aku mensyukuri sakit ini, karena setidaknya dulu aku pernah terlalu dalam mencintaimu dan selalu mengupayakan memberi cinta yang terbaik untukmu. Aku mensyukuri Allah mengajarkan aku banyak pelajaran. Bahwa sekuat apapun kita berusaha, tetap saja hasil akhirnya harus kita serahkan kepadaNya. Aku sudah berusaha mencintaimu semampu dan sebisaku, melakukan hal-hal yang terbaik untukmu. Karena pernah mencintai dengan sangat baiklah maka luka ini sangat dalam. Jika dulu aku mencintaimu seperti kau (yang kau bilang) mencintaiku, mungkin sekarang aku sedang tertawa bahagia lagi dilanda cinta dengan orang baru. Karena tak ada sakit yang kau alami sepertiku, sakit mendapati kenyataan kamu terlalu mudah pindah kelain hati tanpa sedikit pun mengerti aku sungguh sangat terluka ditinggal pergi saat sedang cinta-cintanya. Seandainya aku bisa sepertimu, bisa bahagia menjalani hari dengan baik tanpa memikirkan perasaan perempuan yang hatinya sudah tersakiti terlalu dalam. Bisa tertawa bahagia karena sibuk membuka hati untuk cinta yang baru. Tapi tidak semudah itu. Karena cintaku padamu seutuhnya, kau seperti telah membawa pergi seluruh hatiku. Padahal kau tengah sibuk membuka hati untuk cintamu yang baru. Aku saja yang sedang sibuk menata serpihan hati yang harus kususun ulang, ku satukan lagi, agar hati ini bisa kembali utuh seperti dulu.

Salahku apa ya??? Pasti semua itu langsung terlintas dipikiran. Sekalipun tak pernah mengganggu hubungan orang lain, sekalipun tak pernah jadi orang ketiga dalam keretakan hubungan orang lain. Tapi kenapa sudah berkali kali hubunganmu berakhir hanya karena penghianatan? Sebenarnya simple Ka, penghianatan itu tak sepenuhnya salahmu yang terlalu banyak kekurangan sebagai pasangan. Tapi memang karena Dia mau dan ingin sekali membagi hatinya untuk perempuan yang (menurutnya) jauh lebih baik daripada kamu. Kau bukan tujuannya Ka, kau cuma persimpangan tempatnya berdiri dan mengambil keputusan untuk lanjut berjalan dan berbelok kemana.

Apa sih yang harus kau takutkan di dunia ini Ka? Kehilangan? Tak ada uang? Sendirian? Penghianatan? Kau kan sudah pernah mengalami semuanya. Kau bahkan sendiri di sini memperjuangkan masa depan, pernah sendirian tak ada uang, pernah juga kehilangan sesuatu yang paling kau sayang, kau pun sudah berkali-kali disakiti karena penghianatan. Sekarang belajarlah mengikhlaskan semuanya. Ingatlah bahwa kau tak pernah benar-benar ditinggalkan, selalu ada Keluarga dan Teman-teman yang selalu setia menemani dan menyayangimu setulus hati. Ingatlah juga, Tuhanmu sekalipun tak pernah meninggalkan mu sendirian. Selama ini mungkin kau kurang bersyukur Ka, terlalu sibuk membahagiakan dia yang menurutmu satu-satunya sumber kebahagiaanmu. Padahal tidak, tanpa dia pun kau pantas bahagia Ka, dulu kan kau baik-baik saja sebelum mengenalnya.
Ini hanya soal waktu, karena pada akhirnya waktu jua lah yang paling ampuh mengobati kecanduan. Kau hanya sedang candu, terbiasa dengan hal-hal indah bersamanya. Asal kau benar-benar mau meninggalkan semua kebiasaan itu, Kau pasti akan sembuh dari kecanduan. Percayalah.

Ahhh sudahlah, tulisan ini hanya sekedar untuk menggambarkan perasaanku saja, Aku tak mungkin bercerita kepada mereka yang tak mengerti perasaanku. Ini memang caraku mengekspresikan perasan, saat bahagia atau sedang bersedih aku memang lebih suka menuliskannya, agar nantinya aku jadi orang yang bersyukur setiap kali membaca tulisan-tulisanku. Bersyukur karena aku pernah bahagia dan bangkit bahkan saat keadaan yang membuat aku sangat terpuruk.Nanti suatu hari, mungkin aku akan tersenyum membaca setiap tulisan dalam blog ini, tersenyum membayangkan moment yang pernah aku lalui. Aku tak perlu bercerita terlalu banyak pada mereka, karena mereka bisa memahami semuanya dari tulisan ini.

Terima kasih kamu yang telah membuatku menulis lebih banyak dari biasanya, terima kasih juga sudah mengajarkan aku arti keikhlasan, bahwa memberi harus tulus dan tanpa mengharap balasan. Kalau pada akhirnya kau mementukan pilihan, aku pun harus menentukan pilihanku. Untuk segera berlalu atau tetap tinggal. Aku memilih pergi dan berlalu dari hadpanmu, Aku memilih pergi untuk tak lagi disiksa bayang-bayangmu, Aku memilih mengikhlaskan sesuatu yang memang bukan punyaku. Aku percaya, setelah ini di depan sana ada kebahagian yang menanti dan membuat dadaku sama berdebarnya saat aku merasakan kesedihan ini. Kebahagian yang membuatku lupa, dulu aku pernah sakit terlalu dalam sampai sulit untuk bangkit. Kebahagian yang selalu ku nantikan, karena aku selalu percaya kebaikan Tuhan. Tinggal tunggu waktu Ka, kalau tidak sekarang, mungkin besok, lusa, dan seterusnya terus lah menunggu kebahagiaan itu datang. Kebahagian karena kau telah berhasil melewati ujian penghianatan ini. Ehe, sebenarnya sekarang aku sedang sibuk bahagia sih, membahagian diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang sangat ku sukai, dan sedang berjuang memberi kebahagiaan untuk keluarga dan mereka semua yang kusayang. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Menjelaskan Kesepian (Dwitasari yang selalu menginspirasi)

Waktu merangkak dengan cepat, merangkak yang kita kira lambat ternyta bergerak seakan tanpa jerat. Semua telah berubah. Begitu juga kamu, begitu juga aku, begitu juga kita. Bahkan waktu telah menghapus kita yang pernah merasa tak berbeda. Waktu telah memutarbalikan segalanya yang sempat indah. Tak ada yang tahu, kenapa perpisahan selalu menjadi penyebab kegelisahan. Aku meyakini, kamu menjalani, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini. Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.

Kau bilang tak ada yang terlalu berbeda, tak ada yang terasa begitu menyakitkan. Tapi siapanyang tahu perasaan seseorang yang terdalam? Mulut bisa berkata, mata bisa yakinkan aku tak apa-apa, tapi hati sulit untuk berdusta, karena menyisakan sesak dalam dada. Bagiku, semua terasa asing dan berbeda. Ketika hari-hari yang ku lewati seperti tebakan yang jawabannya sudah kuketahui. Tak ada lagi kejutan, tak banyak hal-hal penuh misteri yang membuatku penasaran. Hari-hariku terasa hambar, tak ada yang menarik. Kepastian membuatku bungkam. Sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari. Itulah sebabnya setelah tak ada lagi kamu di sini, kosong.

Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin saja tak kamu rasakan? Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu, saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita seutuhnya, saat masih ada kamu dalam barisan hari-hariku. Perpisahan seperti mendorongku, pada realita yang selama ini kutakutkan. Kehilangan mempersatukan aku pada air mata yang sering kali jatuh tanpa sebab. Aku sulit memahami kenyataan bahwa kamu tak lagi ada dalam semestaku, aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku, semua kenangan bergantian melewati otaku. Dan, aku baru sadar ternyata kita dulu begitu manis, begitu mengagumkan, begitu sulit untuk dilupakan.

Ada yang kurang, ada yang tak lengkap. Aku terbiasa pada kehadiranmu dan ketika menjalani setiap detik tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang saling berkejaran, saling menebar rasa ketakutan. Ada rasa takut tanpa sebab yang terus memaksaku memikirkan kamu. Ada kekuatan yang sulit kujelaskan yang membawa pikiranku selalu mengkhawatirkanmu. Salahkah jika masih mendambakan penyatuan? Salahkah jika aku masih berharap hubungan kita masih bisa diperjuangkan? Salahkah jika aku benci perpisahan?

Tak banyak yang ingin kujelaskan, saat kesepian menghadangku setiap malam. Aku bahkan terlalu takut tidur sendirian. Aku takut kalau tidurku tak nyenyak, dan terbangun karena memimpikanmu. Itu sangat membuatku tak nyaman. Biasanya malam-malam begini ada suaramu, ada candaanmu yang mengantarkan aku ke gerbang mimpi. Jika kita masih saling menghakimi dan saling menyalahi, apakah mungkin yang telah putus akan tersambung dengan pasti?

Aku tak tau, dan tak mau memikirkan keadaan yang tak mungkin kembali. Semua sudah jelas. Namun entah mengapa aku sulit memahami, kenapa harus kita yang alami semua ini? Tak adakah yang lain? Aku dan kamu bukan orang jahat, namun mengapa terus saja tersakiti. Bukankah di luar sana masih banyak orang jahat? Jangan tanyakan padaku, jika senyumku tak lagi sama seperti dulu. Jangan salahkan aku, jika pelangi dalam duniaku tak lagi berwarna.

Setelah kamu tinggalkan, semuanya jadi berbeda. Aku bahkan tak mengenal diriku sendiri, karena separuh yang ada dalam diriku sudah berada dalamu, yang pergi dan entah kapan kembali.
Untuk setiap cinta yang pernah dihadirkan, untuk setiap peluk yang mendamaikan, untuk setiap harapan yang tak sempat diwujudkan.
Aku merindukanmu,
juga kita yang dulu. (ノд・。)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tak Lagi Sama, Setelah Hari Itu :(

Aku menulis ini ketika aku sudah lelah menghapus air mataku. Iya, aku menulisnya tanpa sedikitpun mengeluarkan air mata. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkata. Kau tau ini hari apa? ini hari kamis, 4 hari setelah kepergianmu. Kepergian yang meninggalkan sejuta kenangan yang belum mampu membuatku terlihat biasa saja tanpa kabarmu. Kau pergi menyisakan banyak sesak di dada. Kau pergi dengan membawa semua mimpi dan harapanku, mengubur asa menjadi angan-angan kelabu.

Apa kau tau setiap hari aku merindukanmu? setiap hari aku menahan tangis dan sesak di dada hanya untuk menunjukkan pada dunia kalau aku baik-baik saja. Apa kau tau? setiap hari aku menahan diri sekuat mungkin untuk tidak menanyakan kabarmu, untuk tidak mengirim pesan lebih dahulu kepadamu. Iya, ini memang caraku menguatkan diri dan membiasakan tanpa kabar darimu. Sulit sekali kutahan rasa ketidakingintahuanku, karena kau pasti tau bagaimana aku sangat peduli padamu.

Aku takut sendirian, bukan, bukan karena aku manja dan tidak bisa mandiri. Kau tentu tau bagaimana aku di sini bisa bertahan dan berjuang demi masa depan sendirian. Aku takut saat sedang sendirian bayangmu hadir lagi dihadapanku. Aku bahkan takut tertidur, takut kalau tiba-tiba kamu datang dimimpiku. Aku takut tak bisa menguasai perasaanku, aku takut tak bisa memelukmu lagi untuk ungkapkan aku sedang dilanda rindu. Entahlah, ini memang berlebihan. Banyak sekali ketakutanku. Tapi aku sudah mulai realistis kok. Aku akan melawan segala rasa takutku, aku akan menguatkan dan memberanikan diri menghadapi apapun yang mungkin terjadi dihadapanku nanti. Aku mulai menikmati sakit ini sampai nanti aku lupa pernah sesakit ini dan berhasil melaluinya tanpa menyisakan luka. Aku memang tak bisa melakukan apa-apa sekarang, selain melalui proses dalam menyembuhkan sakit ini sendirian. Seperti yang selalu aku katakan padamu, "setiap penyakit pasti ada obatnya, luka pun ada sembuhnya, badai saja ada redanya, tentunya sedih ini pun pasti akan berakhir bahagia".

Aku ingin terus bisa bersamamu, agar tidak pernah kehilangan kamu dan tak lagi mencicipi luka ditinggal saat sedang cinta-cintanya. Aku selalu ingin menahanmu pergi, ketika kamu harus kembali dengan kesibukanmu, aku selalu ingin waktu berhenti ketika kita bertemu, sehingga aku bisa lebih lama memandangimu, memlukmu, mengajakmu membicarakan mimpi-mimpi kita. Harapanku begitu besar padamu dan aku yakin ini semua salahku karena pernah berharap terlalu tinggi. Tapi apakah berharap menjadi milikmu adalah keinginan yang terlalu tinggi? Kita sudah terlalu dekat, tapi ada sekat tak terlihat yang memisahkan hati kita masing-masing, sekat yang bertuliskan "jangan lanjutkan, atau kamu akan terluka sendirian", yang membuatmu ragu untuk tetap bertahan saling memperjuangkan denganku di sini atau segera mengakhiri semua ini. Kau tau, aku tak akan membuatmu dihadapkan pada pilihan, karena kau pasti akan sangat kesulitan menentukan pilihan. Aku tak ingin jika kau hanya menjadikan ku pilihan, bukan lagi jadi tujuan. Maka lebih baik aku sabar dan menerima kenyataan. Sebenarnya sederhana saja, air mata itu jatuh bukan karena inginku, tapi keinginan hatiku yang tak mau kamu pergi, tak ingin kita berakhir dengan alasan sepihak yang sesungguhnya masih sangat mungkin diperjuangkan. Tak ingin kita berhenti berjalan beriringan ketika di ujung sana kita telah melihat sedikit cahaya terang. Aku takut pada semua hal itu, pada kemungkinan-kemungkinan lain yang tak akan membuatku bahagia.

Aku sudah menemukanmu dan tak ingin melepaskanmu. Kita terjebak dalam ruang itu dan aku tak bisa melawan bahwa ada kenyamanan yang kau bawa dalam hari-hari sepiku. Kamu bercerita tantang rutinitasmu, kesibukanmu, cinta masa lalumu yang pilu, keluargamu, dan segala hal yang membuatku merasa dihargai. Aku merasa punya hak tersendiri bisa mendengar ceritamu. Aku tak pernah berpikir bahwa kenyamanan ini akan berlanjut pada rasa takut kehilangan. Sementara kita sedang dalam proses sama-sama mengobati luka lama, sama-sama trauma dalam cinta, sama-sama ingin fokus ke masa depan. Aku tak tau apakah kenyamanan ini tumbuh karena kebosananku pada rutinitasku selama ini atau memang sosokmu yang spesial itu sengaja dikirimkan Tuhan untukku?

Aku percaya, semua yang kita lalui sudah diatur olehNya. Pertemuan kita, semuanya tidak ada yang sia-sia, Allah pasti sedang mengajarkan kita bahwa sekuat apapun kita berusaha, biarlah Allah yang menentukan hasil akhirnya.Entah untuk mengajarkan aku lebih bersabar atau mengikhlaskan sesuatu yang telah Allah gariskan. Kita hanya sedang menjalani hari-hari sesuai dengan takdir dan ketetapanNya. Aku akan tetap berprasangka baik, karena Allah pasti akan selalu memberikan kita yang terbaik. Biarlah aku meyakininya sesuai keyakinanku.

Ketika 4 hari kau menghilang dan tak ada kabar, aku menyimpan rinduku dalam-dalam dan menunggu kamu menghubungiku lebih dulu. Diam-diam aku simpan air mata yang tak kau ketahui. Dengan alasan kesibukanmu, aku terima kekalahanku yang pasti tidak akan terlihat begitu penting di matamu. Seperti biasa aku terus menunggu, hingga aku lupa rasanya bosan. Karena semua luka dan perih langsung terhapus ketika kau sapa aku, sekedar mengingatkanku agar tidak terlambat makan. Kau juga sempat bilang rindu, dan membuatku sungguh sangat ingin bertemu denganmu.

4 hari selama kau pergi, aku menyimpan rindu yang tak kau pahami. Entah mengapa, kau begitu mudah mengabaikanku. Sementara aku sangat sulit untuk tidak peduli padamu. 4 hari ini kamu adalah sosok yang seringkali membuat dadaku sesak dan ketakutan. Aku sadar kau tidak menjadikanku tujuanmu. Tapi mengapa untuk berhenti selangkah saja, rasanya aku selalu takut tidak akan lagi menemukan pria yang seperti kamu?

Kamu pernah menjadi bagian terpenting dalam hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur kuhabiskan beberapa menit untuk membaca chat kita, tawa kecilmu, kekonyolanmu, kecupan bentuk tulisan, dan candaan kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku lebih memilih untuk memendam. Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya secara alamiah dan manusiawi. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia...... dulu.

Setelah kau sebutkan alasanmu, apakah kau pernah menilik sedikit saja perasaanku? ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sangat dekat, tak ada masalah, tiba-tiba harus menjauh. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu dipesan singkat harus (terpaksa) ikhlas tak lagi dapat kabar darimu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh. Kecuali berharap segala kebaikan dari ketetapan Tuhan yang selalu menguatkan.

untuku yang selalu kurindu dan kuperbincangkan dengan Tuhan.

Terima Kasih Dwita, sudah membuat tulisan yang menginspirasi :')

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments