Lagi, dihianati.

Tak bisa kujelaskan bagaimana perasaan ku sekarang, tapi memang ada sesuatu yang membuat aku lega, dan merasa lebih baik dari sebelumnya. Ketakutan terbesrku tentang kehilangan sudah ku lalui dan aku sudah melawan rasa takut itu semampuku. Iya, bahkan tak ada sedikitpun air mata yang jatuh lagi, aku lega, sungguh benar-benar lega karena semua yang kupendam tak lagi menyisakan sesak di dada.

Aku bahkan pernah lebih sakit dari ini, dulu. Dan lagi, sekarang aku seperti dejavu menghadapi kenyataan di depanku sekarang. Iya, aku terluka lagi, terluka lagi karena cinta yang kuupayakan seutuhnya dibalas dengan penghianatan. Perih memang rasanya, sulit aku jelaskan kepadamu yang tak mengalami luka dalam sepertiku. Kau bahkan bisa tampil biasa, tanpa ada sedikitpun beban dan memikirkan hati perempuan ini. Iya aku paham, karena kini kau sedang dilanda cinta dengannya. Dan karena memang kau mencintai tak sebanyak aku mengupayakan hubungn kita dulu agar bisa kuberikan cinta yang paling baik untukmu.

Aku mensyukuri sakit ini, karena setidaknya dulu aku pernah terlalu dalam mencintaimu dan selalu mengupayakan memberi cinta yang terbaik untukmu. Aku mensyukuri Allah mengajarkan aku banyak pelajaran. Bahwa sekuat apapun kita berusaha, tetap saja hasil akhirnya harus kita serahkan kepadaNya. Aku sudah berusaha mencintaimu semampu dan sebisaku, melakukan hal-hal yang terbaik untukmu. Karena pernah mencintai dengan sangat baiklah maka luka ini sangat dalam. Jika dulu aku mencintaimu seperti kau (yang kau bilang) mencintaiku, mungkin sekarang aku sedang tertawa bahagia lagi dilanda cinta dengan orang baru. Karena tak ada sakit yang kau alami sepertiku, sakit mendapati kenyataan kamu terlalu mudah pindah kelain hati tanpa sedikit pun mengerti aku sungguh sangat terluka ditinggal pergi saat sedang cinta-cintanya. Seandainya aku bisa sepertimu, bisa bahagia menjalani hari dengan baik tanpa memikirkan perasaan perempuan yang hatinya sudah tersakiti terlalu dalam. Bisa tertawa bahagia karena sibuk membuka hati untuk cinta yang baru. Tapi tidak semudah itu. Karena cintaku padamu seutuhnya, kau seperti telah membawa pergi seluruh hatiku. Padahal kau tengah sibuk membuka hati untuk cintamu yang baru. Aku saja yang sedang sibuk menata serpihan hati yang harus kususun ulang, ku satukan lagi, agar hati ini bisa kembali utuh seperti dulu.

Salahku apa ya??? Pasti semua itu langsung terlintas dipikiran. Sekalipun tak pernah mengganggu hubungan orang lain, sekalipun tak pernah jadi orang ketiga dalam keretakan hubungan orang lain. Tapi kenapa sudah berkali kali hubunganmu berakhir hanya karena penghianatan? Sebenarnya simple Ka, penghianatan itu tak sepenuhnya salahmu yang terlalu banyak kekurangan sebagai pasangan. Tapi memang karena Dia mau dan ingin sekali membagi hatinya untuk perempuan yang (menurutnya) jauh lebih baik daripada kamu. Kau bukan tujuannya Ka, kau cuma persimpangan tempatnya berdiri dan mengambil keputusan untuk lanjut berjalan dan berbelok kemana.

Apa sih yang harus kau takutkan di dunia ini Ka? Kehilangan? Tak ada uang? Sendirian? Penghianatan? Kau kan sudah pernah mengalami semuanya. Kau bahkan sendiri di sini memperjuangkan masa depan, pernah sendirian tak ada uang, pernah juga kehilangan sesuatu yang paling kau sayang, kau pun sudah berkali-kali disakiti karena penghianatan. Sekarang belajarlah mengikhlaskan semuanya. Ingatlah bahwa kau tak pernah benar-benar ditinggalkan, selalu ada Keluarga dan Teman-teman yang selalu setia menemani dan menyayangimu setulus hati. Ingatlah juga, Tuhanmu sekalipun tak pernah meninggalkan mu sendirian. Selama ini mungkin kau kurang bersyukur Ka, terlalu sibuk membahagiakan dia yang menurutmu satu-satunya sumber kebahagiaanmu. Padahal tidak, tanpa dia pun kau pantas bahagia Ka, dulu kan kau baik-baik saja sebelum mengenalnya.
Ini hanya soal waktu, karena pada akhirnya waktu jua lah yang paling ampuh mengobati kecanduan. Kau hanya sedang candu, terbiasa dengan hal-hal indah bersamanya. Asal kau benar-benar mau meninggalkan semua kebiasaan itu, Kau pasti akan sembuh dari kecanduan. Percayalah.

Ahhh sudahlah, tulisan ini hanya sekedar untuk menggambarkan perasaanku saja, Aku tak mungkin bercerita kepada mereka yang tak mengerti perasaanku. Ini memang caraku mengekspresikan perasan, saat bahagia atau sedang bersedih aku memang lebih suka menuliskannya, agar nantinya aku jadi orang yang bersyukur setiap kali membaca tulisan-tulisanku. Bersyukur karena aku pernah bahagia dan bangkit bahkan saat keadaan yang membuat aku sangat terpuruk.Nanti suatu hari, mungkin aku akan tersenyum membaca setiap tulisan dalam blog ini, tersenyum membayangkan moment yang pernah aku lalui. Aku tak perlu bercerita terlalu banyak pada mereka, karena mereka bisa memahami semuanya dari tulisan ini.

Terima kasih kamu yang telah membuatku menulis lebih banyak dari biasanya, terima kasih juga sudah mengajarkan aku arti keikhlasan, bahwa memberi harus tulus dan tanpa mengharap balasan. Kalau pada akhirnya kau mementukan pilihan, aku pun harus menentukan pilihanku. Untuk segera berlalu atau tetap tinggal. Aku memilih pergi dan berlalu dari hadpanmu, Aku memilih pergi untuk tak lagi disiksa bayang-bayangmu, Aku memilih mengikhlaskan sesuatu yang memang bukan punyaku. Aku percaya, setelah ini di depan sana ada kebahagian yang menanti dan membuat dadaku sama berdebarnya saat aku merasakan kesedihan ini. Kebahagian yang membuatku lupa, dulu aku pernah sakit terlalu dalam sampai sulit untuk bangkit. Kebahagian yang selalu ku nantikan, karena aku selalu percaya kebaikan Tuhan. Tinggal tunggu waktu Ka, kalau tidak sekarang, mungkin besok, lusa, dan seterusnya terus lah menunggu kebahagiaan itu datang. Kebahagian karena kau telah berhasil melewati ujian penghianatan ini. Ehe, sebenarnya sekarang aku sedang sibuk bahagia sih, membahagian diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang sangat ku sukai, dan sedang berjuang memberi kebahagiaan untuk keluarga dan mereka semua yang kusayang. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar